Title : Sabtu Bersama Bapak
Author : Adhitya Mulya
Genre : Fiksi
Rating : 7.8/10
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak
melambaikan tangan.
“Ini Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak.
Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit.
Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.
…
Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain
di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan
Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.
Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah
perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.
Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang
pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi
bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan
penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji
selalu ada bersama mereka.
Satu hal yang
terfikir oleh saya ketika selesai membaca Sabtu Bersama Bapak. Ini adalah buku
parenting yang bagus. Daripada menyebutnya sebagai buku fiksi, saya lebih suka
menggolongkan buku ini ke dalam buku panduan parenting. Ya, karena pesan-pesan
di dalamnya sangat cocok dijadikan panduan untuk mendidik anak (dan mencari jodoh
serta membangun rumah tangga yang baik sepertinya).
Buku ini memang
sudah terbit cukup lama, tahun 2014. Teman-teman saya juga sudah tamat membaca
buku ini. Sedangkan saya baru selesai membaca buku ini beberapa hari lalu
karena filmnya sudah terbit. Saya memang ingin membaca bukunya terlebih dahulu,
karena kebiasaan buruk saya, kalau sudah nonton filmnya, pasti nanti akan malas
untuk membaca bukunya. Yah saya memang suka telat heboh sih kalau menyangkut
buku terbitan lokal...
Ceritanya cukup
menyentuh dan mengharukan. Terlebih karena alasan pribadi, buku ini hampir
dapat membuat saya menangis. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya sangat
banyak dan mudah dicerna sehingga saya berani untuk memberikan nilai yang cukup
tinggi untuk buku ini. Beberapa pesan yang terkandung dalam buku ini sangat
membukakan pandangan saya dan membuat saya banyak belajar. Beberapa pesan juga
sangat menusuk hati dan kadang bikin meleleh sendiri kalau dibayangkan (ini
bagian cerita Saka yang mencari jodoh). Beberapa juga sangat quote-able, jadi cocok buat yang suka mengutip quote-quote untuk diposting di media sosial.
Tapi yang saya
sayangkan dari buku ini adalah beberapa bagian cerita yang mengandung unsur
sensual. Padahal buku ini juga banyak dibaca oleh remaja-remaja berusia di
bawah 17 tahun. Saya pun membaca buku ini dengan meminjam dari adik sepupu saya
yang masih duduk di bangku SMP. Ketika saya membaca bagian cerita yang
mengandung unsur sensual tersebut dan mengetahui kalau adik sepupu saya sudah
membaca cerita itu terlebih dahulu jadi membuat saya malu. Yang baca dan nulis siapa,
malah saya yang malu...